Sabtu, 27 Juli 2019

Lappet Makanan Khas Toba



    Lappet, Makanan Khas Batak



Kue lappet adalah jajanan tradisional khas Batak yang berasal dari Tapanuli.
Kue ini biasanya dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang, proses pembuatannya tidak begitu rumit, dimulai dari tepung beras, kelapa parut yang tidak terlalu tua, dan dicampur. Menyusul parutan gula aren atau gula merah, dan air secukupnya. Setelah merata seluruh adonan, kemudian dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus hingga matang, dan proses pembuatan kue ini hampir mirip dengan pembuatan kue ombus-ombus.
Nama Ombus-ombus pertama kali dibuat karena harus memberi tiupan ketika memakannya. Dan kue ini enak ketika di makan di saat masih hangat. Ombus-ombus pertama kali dicetuskan oleh pedagang asal Batak, Musik Sihombing pada tahun 1940.

Sejarah
Sekitar 60 tahun silam zaman kemerdekaan Indonesia, gerak perekonomian masyarakat di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara mulai Nampak dengan berbagai kegiatan aktivitas perdagangan, mulai perdagangan hasil pertanian hingga sembilan bahan pokok. Namun disisi lain, kreativitas masyarakat di daerah ini muncul, salah satunya adalah membuat dan menjual lappet dengan ciri khas tersendiri.
Memang, sebagian besar daerah memiliki ciri khas masakan khas masing-masing dan hingga saat ini selalu dipertahankan dengan berbagai alasan mulai dari adat, budaya maupun alas an tertentu lainnya. Demikian halnya di Kecamatan Siborongborong, daerah ini memang cukup strategis untuk zona kawasan bisnis, karena berada di daerah Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Tarutung-Balige. Kawasan ini juga berada dipertengahan daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Humbahas. Sehingga tak bias dipungkiri, banyak pedagang dari ketiga kabupaten tersebut melakukan pengembangan usaha di daerah ini.
Awalnya, sekitar tahun 1940-an, Musik Sihombinglah yang memulai usaha berjualan lepat ini yakni di rumahnya, di Jalan Balige Pusat Pasar Kecamatan Siborongborong. Saat itu, Musik Sihombing memberi nama lepat tersebut “Lappet Bulung Tetap Panas”. Usaha tersebut dinilai warga cukup menjanjikan, karena pembelinya cukup lumayan.
Dinilai berhasil, Anggiat Siahaan datang dari Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong mulai ikut membuat lepat seperti yang dimulai oleh Musik Sihombing. Dibantu sang istri, Horlina boru Nababan, akhirnya Anggiat Siahaan pun mulai berjualan lappet dengan cara menganyuh sepeda dari desanya.
Saat berjualan,  Anggiat Siahaan mungkin terlalu rancu menawarkan nama jualannya yang terlalu panjang yakni “Lappet Bulung Tetap Panas” seperti yang dimulai Almarhum Musik Sihombing. Sehingga muncullah ide kreatif Anggiat Siahaan untuk memberinya nama baru yang lebih simple dan menarik. Nama lappet tersebut diberi usul “Ombus-ombus No.1”. Kalau menilik soal nama dalam Bahasa Batak tersebut Ombus-ombus berarti tiup-tiup.  Alasan Anggiat memberi nama tersebut disebabkan lappet yang terbuat dari tepung beras ini lebih enak dimakan saat panas-panas.
Namun pembuatan nama baru ini bukannya berjalan dengan mulus begitu saja, sejak nama baru itu dikumandangkan Almarhum Anggiat, pertikaian soal namapun terjadi. Pertikaian itu berakhir seiring dengan waktu, dan Anggiat Siahaan tetap mempertahankan nama yang dicetuskannya itu tanpa memikirkan hal-hal lain.
Hampir setiap hari,  Anggiat Siahaan menjajakan lepat Ombus-ombus No.1-nya ke Pasar Siborongborong. Ditengah ramainya Pasar Siborongborong, Anggiat tetap gigih menjajakan lepatnya. Sementara di rumah, istrinya yaitu Herlina Boru Nababan sudah menyiapkan lappet baru untuk dijual keesokan harinya. Dengan tekun dan kerja keras, mereka mampu meraup keuntungan yang cukup untuk membiayai kebutuhan rumah tangga mereka hingga dari keduanya dikaruniai 8 anak (dua laki-laki dan enam perempuan).
Setiap hari hingga bertahun-tahun lamanya, Anggiat yang dikenal pekerja keras ini terus mengembangkan usahanya. Hingga suatu ketika, ia mendapat kado dari pihak mertuanya (Marga Nababan) untuk membangun sebuah gubuk dagangannya di depan Terminal Mini Siborongborong. Kala itu (Sekitar tahun 1070-an), menurut anaknya Walben Siahaan yang meneruskan usaha orangtuanya mengisahkan, bahwa gubuk itu sangatlah sederhana yang penting bisa untuk tempat berjualan.
Di depan gubuk kecil itu, Anggiat Siahaan langsung membuat plang tanda “Ombus-ombus No.1”. Dan sejak itulah, Anggiat tidak lagi menganyuh sepedanya untuk berjualan, melainkan hanya menunggu di gubuk yang baru dibangunnya. Dengan bantuan anak-anaknya, usaha keluarga itu pun terus berjalan lancar.
Tahun 1994, Anggiat Siahaan akhirnya meninggal dunia. Namun perjuangan keras hidupnya itu tak berakhir sia-sia, tiga anaknya berhasil masuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sementara yang lainnya kebanyak berwiraswasta.
Walau kini berbagai jenis jajanan modern muncul diperjual belikan terutama di pasar-pasar atau pinggiran jalan Siborongborong, Walben Siahaan, anak kandung Anggiat Siahaan (Pencetus nama Ombus-ombus No.1) ini tetap mempertahankan usaha yang dirintis oleh orangtuanya dan semakin mengembangkan nama Ombus-ombus hingga bisa dikenal dan dikenang oleh masyarakat luas.
Walben tetap mempertahankan nama Ombus-Ombus No. 1. Dikisahkannya, bahwa dulunya almarhum ayahnya, tak pernah mengenal lelah untuk menjajakan lepat yang dibungkus dengan daun pisang dan dicampur dengan gula merah dan gula pasir ini. “Walau hujan dan terik mentari dipersimpangan Jalinsum yang ada Siborongborong, dengan menganyuh sepeda dan dibelakangnya dibuat kotak tempat lepat Ombus-ombus No1. Ayahku tetap mengejar pembeli, bahkan menawarkannya ke bus-bus angkutan yang sengaja berhenti di Simpang Tiga Kota Siborongborong. Jadinya saya memaknai perjuangan keras itu sampai sekarang".

Resep Lappet
Alat dan Bahan  
panci kukus 
kompor   
1 sdt garam
1/2 sdt vanili
Santan 65ml
100 ml air 
      250 gr tepung ketan putih
     
Bahan isian:
kelapa parut
100 gr gula merah
2 sdm gula pasir
 air secukupnya
Daun pisang untuk membungkus (kukus sebentar agar tida mudah robek)

Langkah Pembuatan
Siapkan bahan
Membuat uat bahan isian : masak air secukupnya, gula pasir, gula merah sampai larut. Masukkan kelapa parut dan masak hingga air habis lalu sisihkan
Membuat adonan: campurkan tepung,garam,vanili dan santan. Aduk dan masukkan air sedikit demi sedikit sampai kalis. Ambil adonan,bulatkan dan pipihkan,beri isian,tutup kembali.
Ambil daun pisang, olesi dengan minyak goreng sedikit. Masukkan adonan,lalu lipat,bentuk limas segitiga.
Kukus selama 45 menit (sampai matang)
Sajikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membangun Paradigma Kristiani Berdasar Etika Kristen

  MEMBANGUN PARADIGMA KRISTIANI BERDASAR ETIKA KRISTEN Paradigma adalah suatu cara pandang seseorang terhadap diri sendiri dan lingkungannya...